Eskapisme: Mengapa Kita Sering Menyimpan Kisah Dalam Lagu?

Eskapisme merupakan suatu upaya untuk menghindari realitas yang dianggap membosankan, menyakitkan, atau penuh tekanan. Salah satu bentuk eskapisme yang paling universal dan dapat diakses oleh semua kalangan adalah melalui musik.


Musik sebagai Media Emosional dan Pelarian

Musik bukan sekadar kumpulan nada dan kata-kata, melainkan sebuah media yang mampu menyampaikan emosi, kenangan, dan kisah. Saat mendengarkan atau menciptakan sebuah lagu, kita seolah memasuki dunia lain, sebuah dunia yang dibangun oleh lirik, melodi, dan harmoni. Dunia tersebut menawarkan rasa nyaman dan aman, jauh dari kerasnya kenyataan yang sering kali terasa memberatkan.


Mengapa Kisah Disimpan dalam Lagu?

  1. Ekspresi Diri

Lagu merupakan sarana untuk menyampaikan hal-hal yang sulit diungkapkan secara langsung. Perasaan sedih, bahagia, kerinduan, atau bahkan luka mendalam dapat dituangkan ke dalam lagu dan dibagikan kepada orang lain.

  1. Kenangan yang Abadi

Kisah yang tertuang dalam lagu menjadi sebuah bentuk kenangan yang dapat terus dihidupkan. Setiap kali lagu tersebut dimainkan, cerita yang terkandung di dalamnya akan kembali hadir dan menggugah emosi pendengarnya.

  1. Empati dan Koneksi

Lagu yang mencerminkan pengalaman atau perasaan tertentu sering kali terasa relevan bagi banyak orang. Melalui lagu, pendengar merasa tidak sendirian, seolah pencipta atau penyanyi lagu tersebut memahami kisah hidup mereka.

  1. Kebebasan Berimajinasi

Lagu memberikan ruang bagi pendengar untuk menciptakan "film mental" yang menggambarkan cerita di balik liriknya. Hal ini memungkinkan mereka untuk berimajinasi dan melarikan diri ke dunia yang lebih indah atau sesuai dengan harapan.


Nah Teman ASHA, Eskapisme melalui musik bukan sekadar pelarian tetapi juga sarana memahami diri, menjaga kenangan, dan menjalin hubungan emosional. Dalam tekanan hidup, musik menjadi fase untuk menyimpan kisah, melupakan kesulitan, dan menemukan kedamaian.


Tak heran banyak dari kita memiliki lagu favorit yang "berbicara" tentang hidup. Musik bukan hanya seni, melainkan terapi jiwa yang menenangkan dan menghibur. 🎶


Daftar Pustaka

Juslin, P. N., & Sloboda, J. A. (Eds.). (2010). Handbook of Music and Emotion: Theory, Research, Applications. Oxford: Oxford University Press.


Lonsdale, A. J., & North, A. C. (2011). Why do we listen to music? A uses and gratifications analysis. British Journal of Psychology, 102(1), 108–134. https://doi.org/10.1348/000712610X506831.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *